Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

iklan atas

CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI FASE E


CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI FASE E  Kelas X SMA/Program Paket C

A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat cepat menumbuhkan budaya-budaya baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan yang pesat tersebut menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pendidikan agama merupakan pendidikan yang berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul dan mempunyai moralitas yang mulia. Pendidikan Agama Hindu memiliki berbagai konsep yang dapat memberikan kendali atau kontrol pada umatnya untuk mengendalikan diri dari pengaruh negatif pada perkembangan zaman.

Kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, yang telah tertuang dalam pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, tersurat dan tersirat baik secara langsung maupun tidak langsung, mendukung keutuhan NKRI, diantaranya:

1.  Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungan;

2.  Agama Hindu selalu menanamkan pada setiap umat tentang ajaran tri kaya parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat baik).

Selain itu banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan sosial seperti: sraddha dan bhakti, tat twam asi, wasudhaiwa kutumbakam, asah-asih-asuh, dan seterusnya yang berkaitan dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara.

Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti berfokus pada:

1. Pertama, Kitab Suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu yang menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran (satyam), kesucian (siwam) dan keindahan (sundaram);

2. Kedua, Sraddha dan Bhakti yang terkait dengan aspek keimanan dan ketaqwaan terhadap Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber ciptaan alam semesta beserta isinya;

3. Ketiga, Susila yang merupakan konsepsi tentang akhlak mulia dalam ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan etika dan moral yang baik sehingga tercipta insan-insan Hindu yang sādhu (bijaksana), siddha (kerja keras), śuddha (bersih), dan siddhi (cerdas);

4. Keempat, Acara yang merupakan implementasi dari Weda yang merupakan praktik keagamaan (ibadah) dalam agama Hindu sesuai dengan kearifan lokal Hindu di nusantara;

5. Kelima, Sejarah Agama Hindu yang menekankan kepada sejarah perkembangan agama dan kebudayaan Hindu di lokal, nasional, dan internasional.

Kecakapan yang diharapkan adalah peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dalam rangka membangun hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern beragama, antar umat beragama, dan kerukunan secara luas dalam bingkai kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku, agama, ras, dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

B. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah agar peserta didik mampu:

1. Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal pesan moralitas yang terkandung dalam Weda;

2. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi sraddha dan bhakti (beriman dan bertaqwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas diri antara lain: percaya diri, rasa ingin tahu, santun, disiplin, jujur, mandiri, peduli, toleransi, bersahabat, dan bertanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, serta mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah air;

3. Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin, bertanggungjawab, tekun, mandiri, mampu bekerjasama, gotong royong dengan lingkungan sosial dan alam;

4. Memahami Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti (tattwa dan keimanan), Susila (etika), Acara dan Sejarah Agama Hindu secara faktual, konseptual, substansial, prosedural dan meta kognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang berwawasan ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, permusyawaratan, dan keadilan sesuai dengan perkembangan peradaban dunia;

5. Berpikir dan bertindak efektif secara sekala (konkret) dan niskala (abstrak) melalui puja bhakti (sembahyang, japa, dan doa), chanda (dharmagita, nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu, bhajan, dan sejenisnya), meditasi, upacara-upakara, tirthayatra (perjalanan suci), yoga, dharma wacana, dan dharma tula;

6. Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta membangun masyarakat yang damai dan inklusif dengan menunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong, berkeadilan sosial, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi kewajiban sebagai warganegara untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan harmonis.

C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah:

1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam 5 elemen (strand) kecakapan dan konten.

2. Elemen kecakapan yang ada dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri dari: empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi.

 

No.

Elemen Kecakapan

Deksripsi Elemen Kecakapan

1

Empati

Empati adalah kepedulian terhadap diri sendiri, lingkungan dan situasi di mana dia berada. Hal ini diwujudkan dengan sikap saling menghormati dan menghargai orang lain serta alam di mana dia berada sehingga tercipta rasa kesetiakawanan tanpa batas dengan menunjung tinggi prinsip tat twam asi dan wasudhaiwa kutumbakam

2

Komunikasi

Komunikasi merupakan interaksi baik verbal maupun non-verbal untuk menunjang hubungan baik personal, antar personal maupun intra personal. Hal ini ditunjukkan dengan pembelajaran agama Hindu yang berorientasi pada ajaran Tri Hita Karana (jalinan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam) dengan mengemban prinsip tri kaya parisudha (berpikir, berkata dan berbuat yang baik)

3

Refleksi

Refleksi adalah melihat kenyataan sebagai bagian dari upaya pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan diri, kepekaan sosial dalam kaitannya dengan kemampuan personal. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menjadi orang yang mulat sarira (introspeksi diri) dengan menasehati dirinya sendiri (dama) untuk kebaikan dan kualitas diri dalam kehidupan sehingga bisa mengatasi permasalahan hidup

4

Berpikir kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis (nyaya), reflektif (dhyana), sistematis (kramika) dan produktif (saphala) yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Hal ini diwujudkan pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menganalisis sesuatu dalam situasi dan kondisi apa pun guna mencapai kebenaran baik dalam lingkup diri sendiri, orang lain dan masyakarakat luas sebagai bentuk penerapan nilai-nilai prasada atau berpikir dan berhati suci serta tanpa pamrih.

5

Kreatif

Kreatif artinya dapat mengkreasikan atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Hal ini diwujudkan dalam pembelajaran Agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk berkreasi dan mengupayakan agar nilainilai Agama Hindu dapat dipahami secara fleksibel sesuai kearifan lokal Hindu di Nusantara berdasarkan prinsip desa, kala, dan patra (tempat, waktu, dan kondisi).

6

Kolaborasi

Kolaborasi merupakan suatu bentuk proses sosial, di mana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain, saling bekerjasama dan bergotongroyong

 

3. Elemen konten dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri dari: Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti, Susila, Acara, dan Sejarah. Adapun penjelasan dari masing-masing elemen konten ini sebagai berikut.

No.

Elemen Konten

Deksripsi Elemen Konten

1

Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu)

Kitab Suci Weda adalah sumber ajaran agama Hindu yang berasal dari wahyu Tuhan (Hyang Widhi Wasa). Kitab Suci Weda ini bersifat sanatana dan nutana dharma (abadi dan fleksibel sesuai kearifan lokal yang ada), apauruseya (bukan karangan manusia), dan anadi ananta (tidak berawal dan tidak berakhir). Secara umum kodifikasi Kitab Suci Weda oleh Maharsi Wyasa terdiri dari 2 bagian utama yaitu:

a. Weda Sruti

Weda Sruti adalah wahyu yang didengarkan secara langsung oleh para maharsi. Weda Sruti terbagi menjadi: Rg Weda, Yajur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda, yang masing-masing memiliki kitab Mantra, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad;

b. Weda Smerti

Weda Smerti adalah Weda yang berdasarkan ingatan Maharsi dan tafsir atau penjelasan dari Weda Sruti. Weda Smerti terdiri dari: Wedangga (Siksa, Nirukta, Jyotisa, Chanda, Wyakarana, dan Kalpa) dan Upaweda (Arthasastra, Ayurweda, Gandharwaweda, Dhanurweda), dan Nibanda. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menghayati alur sejarah kitab suci Weda, pembagiannya, pemahaman dari masing-masing kitab Suci Weda serta menerapkan nilai-nilai ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari.

2

Sraddha dan Bhakti, (Sebagai pokok keimanan dan ketaqwaan Hindu)

Sraddha dan Bhakti adalah pokok keimanan Hindu yang berisi ajaran tattwa atau ajaran kebenaran untuk meyakinkan umat Hindu agar memiliki rasa bhakti. Dalam berbagai teks Jawa Kuna dan bahasa daerah di Nusantara, istilah tattwa menunjuk pada prinsip-prinsip kebenaran tertinggi. Tattwa agama Hindu di Indonesia merupakan hasil konstruksi dari ajaran filosofis yang terkandung dalam kitab Suci Weda. Peserta didik dalam proses pembelajaran diharapkan dapat: meyakini ajaran Panca Sraddha untuk menumbuhkan rasa bhakti serta mengamalkan nilai-nilai kebenaran, kesucian dan keharmonisan dalam masyarakat lokal, nasional, dan internasional.

3

Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu)

Susila adalah ajaran etika dan moralitas dalam kehidupan untuk kesejahteraan dalam tatanan masyarakat lokal, nasional, dan internasional. Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Susila berdasarkan wiweka, prinsip tri hita karana, tri kaya parisudha, tat twam asi, dan wasudaiwa kutumbhakam. Selain itu, peserta didik peka terhadap persoalan-persoalan sosial yang berkembang di bermasyarakat dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan

4

Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu)

Acara merupakan praktik keagamaan Hindu yang diterapkan dalam bentuk pelaksanaan yajna atau korban suci sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Peserta didik dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai acara agama dalam berbagai bentuk aktifitas keagamaan Hindu sesuai kearifan lokal dan budaya setempat antara lain berupa ritual dan seni yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa.

5

Sejarah Agama Hindu

Sejarah adalah kajian tertulis tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami dan menganalisis tokoh dan peristiwa pada masa lampau yang terkait dengan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu. Selanjutnya peserta didik mampu meneladani nilai-nilai ketokohan Hindu yang relevan dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, dan internasional. Pembelajaran sejarah agama Hindu diharapkan dapat membentuk jati diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang menjujung tinggi nilai luhur budaya local, nasional, dan internasional untuk mempererat jalinan persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan.

 

D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Fase E (Umumnya Kelas X SMA/Program Paket C)

Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menganalisis ajaran dharmasastra dalam kehidupan, punarbhawa untuk memperbaiki kualitas diri. Selanjutnya, peserta didik mampu menganalisa hakekat yājña yang terkandung dalam Ramayana. Selain itu, pada aspek susila peserta didik mampu memahami ajaran catur warna. Kemudian, serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan peninggalan Hindu di Asia.


Fase E Berdasarkan elemen

Elemen

Capaian Pembelajaran

Sraddha dan Bhakti

Peserta didik dapat menerapkan prinsipprinsip ajaran punarbhawa sebagai aspek untuk memperbaiki kualitas diri. Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi dan menerapkanya dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara.

Susila

Peserta didik dapat menerapkan, menilai dan menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu tentang catur warna untuk diterapkan dalam kehidupan untuk keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam agar terbentuk pribadi yang unggul.

Acara

Peserta didik dapat menganalisis, mengidentifikasi dan membuat kreatifitas yajna dalam Ramayana dan bentuk kearifan lokal kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya daerah dan penerapan nilai keagamaan Hindu di Nusantara. Serta mewujudkan tri kerukunan umat beragama agar tercipta kehidupan harmonis.

Kitab suci Weda

Peserta didik dapat menerapkan, menganalisis menilai kitab suci Hindu bagian dharmasastra sebagai sumber hukum Hindu dengan penerapan tri kerangka Hindu (tattwa, susila dan acara) sebagai pedoman kehidupan pada lingkup masyarakat.

Sejarah

Peserta didik dapat menganalisis, mengkreasikan serta kontribusi sejarah Hindu dalam perkembangan kekinian. Peserta didik dapat menjadikan sejarah sebagai sumber pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan berupaya melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di Asia.

 

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti ((pahbk) fase lain dapat di lihat di bawah ini:

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti Fase A (unduh)

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti Fase B (unduh)

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti Fase C (unduh)

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti Fase D (unduh)

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti Fase E (unduh)

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti Fase F (unduh)

data berdasarkan KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 033/H/KR/2022 TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA.