CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Fase A Usia Mental 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan kelas II
CAPAIAN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Fase A (Usia Mental 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan kelas II)
Mekaelektronika Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sangat cepat menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi perkembangan tersebut, pendidikan agama menjadi sangat penting karena pendidikan agama berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul dan mempunyai akhlak mulia. Pendidikan Agama Hindu dapat memberikan kendali atau kontrol pada umatnya untuk menghindarkan diri dari pengaruh negatif akibat perkembangan zaman.
Di dalam konteks kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, berdasarkan hasil pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Dengan demikian, secara otomatis agama Hindu mendukung keutuhan NKRI karena alasan berikut:
1. Agama
Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia dengan Hyang
Widhi Wasa, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam
lingkungan.
2. Agama
Hindu selalu menanamkan ajaran Tri Kaya Parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan
berbuat baik) pada setiap umatnya.
Selain itu, banyak konsepsi ajaran
Hindu yang terkait nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air,
musyawarah, dan keadilan sosial. Di antaranya, Sraddha dan Bhakti, Tat Twam Asi, Wasudhaiwa
Kutumbakam, Asah-Asih-Asuh,
dan seterusnya sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Ide, gagasan,
dan konsep-konsep tersebut tertuang dalam kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti. Kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti
berfokus pada:
1. kitab
suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu yang menekankan kepada pemahaman
nilai-nilai kebenaran (Satyam), kesucian (Siwam), dan keindahan (Sundaram);
2. Tattwa yang terkait dengan aspek keimanan
dan ketakwaan terhadap Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber
ciptaan alam semesta beserta isinya;
3. Susila yang merupakan konsepsi akhlak mulia
dalam ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan etika dan moral baik
sehingga tercipta insan-insan Hindu yang Sādhu (bijaksana), Siddha (kerja keras),
Śuddha (bersih), dan Siddhi
(cerdas);
4. Acara merupakan implementasi Weda dalam
praktik keagamaan (ibadah) agama Hindu sesuai dengan kearifan lokal Hindu di
Nusantara;
5. sejarah agama Hindu yang menekankan pada sejarah perkembangan agama dan kebudayaan Hindu lokal dan nasional. Kecakapan yang diharapkan dari peserta didik adalah mampu merespons, mengenal, menunjukkan, mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dalam rangka membangun hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern beragama, antarumat beragama, dan moderasi beragama dalam bingkai kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku, agama, ras, dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah agar peserta didik mampu:
1. menjiwai
dan menghayati nilai-nilai universal yang terkandung dalam kitab suci Weda;
2. menunjukkan
sikap dan perilaku yang dilandasi Sraddha dan Bhakti (beriman dan bertakwa),
menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas diri, antara lain: percaya diri,
rasa ingin tahu, santun, disiplin, jujur, mandiri, peduli, toleransi,
bersahabat, dan bertanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, serta mencerminkan
pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah air;
3. menumbuhkan
sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin, bertanggung
jawab, tekun, mandiri, mampu bekerja sama, gotong royong dengan lingkungan
sosial dan alam;
4. memahami
kitab suci Weda,
tattwa
(Sradha
Bhakti, keimanan), susila (etika), acara, dan sejarah agama Hindu secara
konseptual, substansial, prosedural, dan spiritual;
5. berpikir
dan bertindak efektif secara sekala (nyata) dan niskala (tidak nyata) melalui Puja
Bhakti: doa, sembahyang,
Chanda (Dharmagita, nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk,
kandayu, bhajan, dan
sejenisnya), upacara, upakara, Yoga Asanas, Dharma Wacana, dan Dharma Tula; dan
6. berperan
aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat berdasarkan nilai-nilai
kearifan lokal Hindu di Nusantara serta membangun masyarakat yang damai dan
inklusif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong,
berkeadilan sosial, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi
kewajiban sebagai warga negara untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi,
dan harmonis.
Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah turunan dari Profil Pelajar Pancasila yang disusun oleh tim Kemdikbud dan dikembangkan menjadi elemen konten dan elemen kecakapan sebagai berikut:
1. Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam 5
elemen (strand)
konten.
2. Elemen
kecakapan yang ada dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terdiri atas: empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan
kolaborasi.
Elemen Kecakapan mata pelajaran
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Elemen |
Deskripsi |
Empati |
Kepedulian
terhadap diri sendiri, lingkungan, dan situasi di mana dia berada. Hal ini
diwujudkan dengan sikap saling menghormati dan menghargai orang lain serta
alam di mana dia berada sehingga tercipta rasa kesetiakawanan tanpa batas
dengan menunjung tinggi prinsip Tat Twam
Asi dan Wasudhaiwa
Kutumbakam. |
Komunikasi |
Interaksi,
baik verbal maupun nonverbal, untuk menunjang hubungan, baik personal,
antarpersonal, maupun intrapersonal. Hal ini ditunjukkan dengan pembelajaran
agama Hindu yang berorientasi pada ajaran Tri Hita Karana (jalinan hubungan antara manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam) dengan mengemban prinsip Tri Kaya Parisudha (berpikir,
berkata dan berbuat yang baik. |
Refleksi |
Melihat
kenyataan sebagai bagian dari upaya pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
diri, kepekaan sosial dalam kaitannya dengan kemampuan personal. Hal ini
tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk
menjadi orang yang mulat
sarira (introspeksi diri) dengan menasihati dirinya sendiri (dama) untuk kebaikan dan kualitas diri dalam
kehidupan sehingga dapat mengatasi permasalahan hidup |
Berpikir Kritis |
Kemampuan
untuk berpikir secara logis (nyaya), reflektif
(dhyana), sistematis (kramika), dan produktif (saphala) yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Hal ini diwujudkan pada
pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menganalisis
sesuatu dalam situasi dan kondisi apa pun guna mencapai kebenaran, baik dalam
lingkup diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat luas sebagai bentuk
penerapan nilai-nilai Prasada atau
berpikir dan berhati suci serta tanpa pamrih. |
Kreatif |
Kreatif
artinya dapat mengkreasikan atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Hal ini diwujudkan dalam pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan
peserta didik untuk berkreasi dan mengupayakan agar nilai-nilai agama Hindu
dapat dipahami secara fleksibel sesuai kearifan lokal Hindu di Nusantara. |
Kolaborasi |
Suatu bentuk
proses sosial yang di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan
untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami
aktivitas masing-masing. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang
mengarahkan peserta didik untuk dapat hidup berdampingan satu dengan yang
lain, saling bekerja sama, dan bergotong royong berdasarkan nilai-nilai Tri Kaya Parisudha. |
3. Elemen
konten dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri
atas kitab suci Weda, Tattwa, Susila, Acara, dan Sejarah. Adapun penjelasan dari
masing-masing elemen konten ini sebagai berikut:
Elemen konten dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Elemen |
Deskripsi |
Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) |
Kitab suci Weda adalah sumber ajaran agama Hindu berdasarkan wahyu
Tuhan (Hyang Widhi Wasa). Kitab suci Weda ini bersifat Sanatana dan Nutana Dharma (abadi dan
fleksibel sesuai kearifan lokal yang ada), Apauruseya (bukan karangan manusia), dan Anadi Ananta (tidak berawal dan tidak
berakhir). Secara umum, kodifikasi kitab suci Weda oleh Maharsi Wyasa terdiri
atas dua bagian utama sebagai berikut: 1)
Weda
Sruti Weda Sruti adalah wahyu yang diterima dan
didengarkan secara langsung oleh para Maharsi. Weda Sruti terbagi menjadi empat, yakni (1) Rg Weda, (2) Yajur
Weda, (3) Sama
Weda, dan (4) Atharwa
Weda, yang masing-masing memiliki kitab Mantra, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. 2)
Weda
Smerti Weda Smerti adalah Weda yang berdasarkan
ingatan Maharsi dan tafsir atau penjelasan dari Weda Sruti. Weda Smerti terdiri atas Wedangga (Siksa,
Nirukta, Jyotisa, Chanda, Wyakarana, dan Kalpa) dan Upaweda (Arthasastra, Ayurweda, Gandharwaweda, Dhanurweda), dan Nibanda. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan
menghayati alur sejarah kitab suci Weda, pembagiannya, masing-masing serta
menerapkan nilai-nilai ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari. |
Tattwa (Sebagai
Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) |
Tattwa adalah
pokok keimanan Hindu yang berisi ajaran-ajaran kebenaran untuk meyakinkan
umat Hindu agar memiliki rasa Sraddha dan Bhakti yang kokoh. Dalam berbagai teks Jawa Kuna dan
bahasa daerah di Nusantara, istilah tattwa menunjuk pada prinsip-prinsip kebenaran
tertinggi. Tattwa agama Hindu
di Indonesia merupakan hasil konstruksi ajaran filosofis kitab suci Weda.
Peserta didik diharapkan dapat meyakini ajaran Panca Sraddha untuk menumbuhkan rasa bhakti serta mengamalkan
nilai-nilai kebenaran, kesucian, dan keharmonisan dalam masyarakat. |
Susila (Sebagai Konsepsi
dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) |
Susila adalah ajaran etika dan moralitas dalam kehidupan untuk
kesejahteraan dalam tatanan masyarakat. Peserta didik mampu menerapkan
nilai-nilai Susila berdasarkan
wiweka, prinsip Tri Hita Karana, Tri Kaya
Parisudha, Tat Twam Asi, dan Wasudaiwa Kutumbhakam. Selain itu, peserta didik peka terhadap
persoalan persoalan sosial yang berkembang di masyarakat |
Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) |
Acara merupakan
praktik keagamaan Hindu yang diterapkan dalam bentuk pelaksanaan Yajña atau korban suci yang tulus ikhlas sesuai dengan
kearifan lokal Hindu di Nusantara. Peserta didik dapat memahami dan
menerapkan nilai-nilai acara agama dalam
berbagai bentuk aktivitas keagamaan Hindu sesuai kearifan lokal dan budaya
setempat yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. |
Sejarah Agama Hindu |
Sejarah adalah kajian tertulis tentang peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau. Peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami
tokoh dan peristiwa pada masa lampau yang terkait dengan perkembangan agama
dan kebudayaan Hindu. Selanjutnya, peserta didik mampu meneladani nilai-nilai
ketokohan Hindu yang relevan dengan kehidupan masyarakat lokal dan nasional.
Pembelajaran sejarah agama Hindu diharapkan dapat membentuk jati diri peserta
didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang menjujung tinggi nilai luhur
budaya lokal dan nasional untuk mempererat jalinan persaudaraan, persatuan,
dan kesatuan bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan. |
Capaian
Pembelajaran Setiap Fase Fase
A (Usia Mental
Elemen |
Deskripsi |
Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) *) |
|
Tattwa (Sebagai
Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) |
Peserta
didik mampu mengenal ciptaan Hyang Widhi Wasa dalam aspek Keyakinan dan
Ketuhanan |
Susila (Sebagai
Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) |
Peserta
didik mampu mengenal nilainilai Tri Kaya
Parisudha dan perilaku orang suci di lingkungan keluarga dan sekolah. |
Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) |
Peserta
didik mampu mengenal harihari suci dalam agama Hindu. |
Sejarah Agama Hindu *) |
|
*) Mata pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda *) pada
tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
Capaian Pembelajaran Pendidikan Khusus Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti (PAKaBK) fase lain dapat di lihat di bawah ini: