CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Fase B Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan kelas IV
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan kelas IV)
Mekaelektronika Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sangat cepat menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi perkembangan tersebut, pendidikan agama menjadi sangat penting karena pendidikan agama berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul dan mempunyai akhlak mulia. Pendidikan Agama Hindu dapat memberikan kendali atau kontrol pada umatnya untuk menghindarkan diri dari pengaruh negatif akibat perkembangan zaman.
Di dalam konteks kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, berdasarkan hasil pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Dengan demikian, secara otomatis agama Hindu mendukung keutuhan NKRI karena alasan berikut:
1. Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia dengan Hyang Widhi Wasa, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungan.
2. Agama Hindu selalu menanamkan ajaran Tri Kaya Parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat baik) pada setiap umatnya.
Selain itu, banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan sosial. Di antaranya, Sraddha dan Bhakti, Tat Twam Asi, Wasudhaiwa Kutumbakam, Asah-Asih-Asuh, dan seterusnya sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Ide, gagasan, dan konsep-konsep tersebut tertuang dalam kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti berfokus pada:
1. kitab suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu yang menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran (Satyam), kesucian (Siwam), dan keindahan (Sundaram);
2. Tattwa yang terkait dengan aspek keimanan dan ketakwaan terhadap Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber ciptaan alam semesta beserta isinya;
3. Susila yang merupakan konsepsi akhlak mulia dalam ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan etika dan moral baik sehingga tercipta insan-insan Hindu yang Sādhu (bijaksana), Siddha (kerja keras), Śuddha (bersih), dan Siddhi (cerdas);
4. Acara merupakan implementasi Weda dalam praktik keagamaan (ibadah) agama Hindu sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara;
5. sejarah agama Hindu yang menekankan pada sejarah perkembangan agama dan kebudayaan Hindu lokal dan nasional. Kecakapan yang diharapkan dari peserta didik adalah mampu merespons, mengenal, menunjukkan, mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dalam rangka membangun hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern beragama, antarumat beragama, dan moderasi beragama dalam bingkai kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku, agama, ras, dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah agar peserta didik mampu:
1. menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal yang terkandung dalam kitab suci Weda;
2. menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi Sraddha dan Bhakti (beriman dan bertakwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas diri, antara lain: percaya diri, rasa ingin tahu, santun, disiplin, jujur, mandiri, peduli, toleransi, bersahabat, dan bertanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, serta mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah air;
3. menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin, bertanggung jawab, tekun, mandiri, mampu bekerja sama, gotong royong dengan lingkungan sosial dan alam;
4. memahami kitab suci Weda, tattwa (Sradha Bhakti, keimanan), susila (etika), acara, dan sejarah agama Hindu secara konseptual, substansial, prosedural, dan spiritual;
5. berpikir dan bertindak efektif secara sekala (nyata) dan niskala (tidak nyata) melalui Puja Bhakti: doa, sembahyang, Chanda (Dharmagita, nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu, bhajan, dan sejenisnya), upacara, upakara, Yoga Asanas, Dharma Wacana, dan Dharma Tula; dan
6. berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta membangun masyarakat yang damai dan inklusif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong, berkeadilan sosial, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi kewajiban sebagai warga negara untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan harmonis.
Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah turunan dari Profil Pelajar Pancasila yang disusun oleh tim Kemdikbud dan dikembangkan menjadi elemen konten dan elemen kecakapan sebagai berikut:
1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam 5 elemen (strand) konten.
2. Elemen kecakapan yang ada dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas: empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi.
Elemen Kecakapan mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Elemen | Deskripsi |
Empati | Kepedulian terhadap diri sendiri, lingkungan, dan situasi di mana dia berada. Hal ini diwujudkan dengan sikap saling menghormati dan menghargai orang lain serta alam di mana dia berada sehingga tercipta rasa kesetiakawanan tanpa batas dengan menunjung tinggi prinsip Tat Twam Asi dan Wasudhaiwa Kutumbakam. |
Komunikasi | Interaksi, baik verbal maupun nonverbal, untuk menunjang hubungan, baik personal, antarpersonal, maupun intrapersonal. Hal ini ditunjukkan dengan pembelajaran agama Hindu yang berorientasi pada ajaran Tri Hita Karana (jalinan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam) dengan mengemban prinsip Tri Kaya Parisudha (berpikir, berkata dan berbuat yang baik. |
Refleksi | Melihat kenyataan sebagai bagian dari upaya pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan diri, kepekaan sosial dalam kaitannya dengan kemampuan personal. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menjadi orang yang mulat sarira (introspeksi diri) dengan menasihati dirinya sendiri (dama) untuk kebaikan dan kualitas diri dalam kehidupan sehingga dapat mengatasi permasalahan hidup |
Berpikir Kritis | Kemampuan untuk berpikir secara logis (nyaya), reflektif (dhyana), sistematis (kramika), dan produktif (saphala) yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Hal ini diwujudkan pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menganalisis sesuatu dalam situasi dan kondisi apa pun guna mencapai kebenaran, baik dalam lingkup diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat luas sebagai bentuk penerapan nilai-nilai Prasada atau berpikir dan berhati suci serta tanpa pamrih. |
Kreatif | Kreatif artinya dapat mengkreasikan atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Hal ini diwujudkan dalam pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk berkreasi dan mengupayakan agar nilai-nilai agama Hindu dapat dipahami secara fleksibel sesuai kearifan lokal Hindu di Nusantara. |
Kolaborasi | Suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain, saling bekerja sama, dan bergotong royong berdasarkan nilai-nilai Tri Kaya Parisudha. |
3. Elemen konten dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas kitab suci Weda, Tattwa, Susila, Acara, dan Sejarah. Adapun penjelasan dari masing-masing elemen konten ini sebagai berikut:
Elemen konten dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Elemen | Deskripsi |
Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) | Kitab suci Weda adalah sumber ajaran agama Hindu berdasarkan wahyu Tuhan (Hyang Widhi Wasa). Kitab suci Weda ini bersifat Sanatana dan Nutana Dharma (abadi dan fleksibel sesuai kearifan lokal yang ada), Apauruseya (bukan karangan manusia), dan Anadi Ananta (tidak berawal dan tidak berakhir). Secara umum, kodifikasi kitab suci Weda oleh Maharsi Wyasa terdiri atas dua bagian utama sebagai berikut: 1) Weda Sruti Weda Sruti adalah wahyu yang diterima dan didengarkan secara langsung oleh para Maharsi. Weda Sruti terbagi menjadi empat, yakni (1) Rg Weda, (2) Yajur Weda, (3) Sama Weda, dan (4) Atharwa Weda, yang masing-masing memiliki kitab Mantra, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. 2) Weda Smerti Weda Smerti adalah Weda yang berdasarkan ingatan Maharsi dan tafsir atau penjelasan dari Weda Sruti. Weda Smerti terdiri atas Wedangga (Siksa, Nirukta, Jyotisa, Chanda, Wyakarana, dan Kalpa) dan Upaweda (Arthasastra, Ayurweda, Gandharwaweda, Dhanurweda), dan Nibanda. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menghayati alur sejarah kitab suci Weda, pembagiannya, masing-masing serta menerapkan nilai-nilai ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari. |
Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) | Tattwa adalah pokok keimanan Hindu yang berisi ajaran-ajaran kebenaran untuk meyakinkan umat Hindu agar memiliki rasa Sraddha dan Bhakti yang kokoh. Dalam berbagai teks Jawa Kuna dan bahasa daerah di Nusantara, istilah tattwa menunjuk pada prinsip-prinsip kebenaran tertinggi. Tattwa agama Hindu di Indonesia merupakan hasil konstruksi ajaran filosofis kitab suci Weda. Peserta didik diharapkan dapat meyakini ajaran Panca Sraddha untuk menumbuhkan rasa bhakti serta mengamalkan nilai-nilai kebenaran, kesucian, dan keharmonisan dalam masyarakat. |
Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) | Susila adalah ajaran etika dan moralitas dalam kehidupan untuk kesejahteraan dalam tatanan masyarakat. Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Susila berdasarkan wiweka, prinsip Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, Tat Twam Asi, dan Wasudaiwa Kutumbhakam. Selain itu, peserta didik peka terhadap persoalan persoalan sosial yang berkembang di masyarakat |
Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) | Acara merupakan praktik keagamaan Hindu yang diterapkan dalam bentuk pelaksanaan Yajña atau korban suci yang tulus ikhlas sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Peserta didik dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai acara agama dalam berbagai bentuk aktivitas keagamaan Hindu sesuai kearifan lokal dan budaya setempat yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. |
Sejarah Agama Hindu | Sejarah adalah kajian tertulis tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami tokoh dan peristiwa pada masa lampau yang terkait dengan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu. Selanjutnya, peserta didik mampu meneladani nilai-nilai ketokohan Hindu yang relevan dengan kehidupan masyarakat lokal dan nasional. Pembelajaran sejarah agama Hindu diharapkan dapat membentuk jati diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang menjujung tinggi nilai luhur budaya lokal dan nasional untuk mempererat jalinan persaudaraan, persatuan, dan kesatuan bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan. |
Capaian Pembelajaran Setiap Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan kelas IV). Pada akhir Fase B, peserta didik mampu mengenal Tri Parartha, mampu memahami Subha Asubha Karma dan sifat Wiweka. Peserta didik juga mampu menerapkan Tri Sandhya, Dainika Upasana, dan mampu memahami tempat suci. Fase B Berdasarkan elemen:
Elemen | Deskripsi |
Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) *) | |
Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) *) | |
Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) | Peserta didik mampu mengenal Tri Parartha, memahami Subha Asubha Karma, dan sifat Wiweka. |
Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) | Peserta didik mampu menerapkan Tri Sandhya dan Dainika Upasana, serta mampu memahami tempat suci. |
Sejarah Agama Hindu *) | |
*) Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda *) pada tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
Capaian Pembelajaran Pendidikan Khusus Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti (PAKaBK) fase lain dapat di lihat di bawah ini: